Lompat ke konten (Tekan Enter)
Ratu Kemala Dewi

Ratu Kemala Dewi

Berbagi walau satu kata

  • Beranda
  • ABOUT
  • CONTACT
  • KATEGORI
    • ARTIKEL
    • BLOG COMPETITION
    • CATATAN RAMADAN
    • GORESAN PENA
    • MY TRIP
    • REFLEKSI
    • REVIEW
      • BUKU
      • MOVIE/DRAMA
      • PRODUK
    • SERBA-SERBI

Pemantik dalam Kehidupan Saya

oleh Ratu Kemalapada Desember 20, 2020Desember 20, 2020

Dalam hidup ini, kadang dibutuhkan pemantik untuk memicu bangkitnya sesuatu dalam diri.  Ketika kita berada pada sebuah keadaan atau bertemu dengan seseorang, sesuatu dalam diri kita yang telah lama terlupakan itu, mendadak jadi nampak cemerlang dan memenuhi pikiran serta hati kita. Yup, pemantik itu bisa berupa sebuah keadaan ataupun seseorang.

Cukup satu sentuhan kecil yang membuat kita mengingat lagi apa yang sesungguhnya kita inginkan. Bagai kembang api yang dicumbu pemantik api, ia yang tertidur lelap di dalam sana, mendadak menggeliat dan memancarkan perciknya ke sana kemari dengan semarak.

 

Terbangunnya ‘Aku’ Si Penulis

Saya senang menulis sejak kecil. Menjadi penulis masih merupakan cita-cita sejati yang tak pernah padam hingga kini. Namun realita hidup kadang tak memberikan ruang bagi jiwa untuk memenuhi panggilannya. ‘Aku’ yang menyukai menulis, terlelap di sudut jiwa dalam waktu yang cukup lama.

Puluhan purnama berselang sejak saya menggantungkan pena karena kesibukkan. Hanya sesekali menulis sajak pendek atau curahan hati di buku catatan pribadi. Hingga dalam satu fase, saya bertemu dengan WrC.

Awalnya saya tertarik dan berpikir WrC adalah kelas menulis. Namun ternyata WrC saat itu adalah kelas untuk konsisten menulis di sosmed dan optimasi. Lebih untuk keperluan branding dan bisnis. Berbeda dengan sekarang yang sudah mengadakan kelas khusus menulis juga.

Meski begitu,saya tetap mengikutinya dengan antusias karena saat itu saya juga sedang menjalankan bisnis online dan terus mengupgrade diri untuk menumbuhkannya.

Salah satu teman sekelas saya di WrC FB 901, sebut saja Afifatur Robi’ah, berbeda dengan teman lainnya yang posting untuk branding dan promosi bisnisnya. Mbak Afif justru menulis cerita bersambung setiap harinya karena dia memang tidak berbisnis online. Maka membaca tulisannya menjadi hiburan tersendiri bagi saya.

Menjelang kelas berakhir, saya berencana untuk tidak melanjutkan batch selanjutnya. Tapi sebuah kabar dari WrC membuat saya bersemangat. Kala itu disampaikan bahwa di batch 10, peserta akan mengabadikan tulisannya di 10 hari terakhir menjadi sebuah buku antologi. Maka dengan sigap, saya segera mendaftar WrC batch 10. Bahkan tidak tanggung-tanggung, saya ikut 2 kelas, yaitu FB dan IG.

 

2 Sahabat Pemantik Cerbung

Di WrC FB 101, saya kembali sekelas dengan Mbak Afif. Tentu saja dia masih melanjutkan cerbungnya yang berkisah tentang Rania dan Teddy. Kemudian ada 1 lagi sahabat yang juga menulis cerbung di kelas itu. Dia adalah Mbak Lulu’ dengan fan fictionnya yang bercerita mengenai pebulu tangkis muda, Kevin Sanjaya.

Kedua sahabat ini yang memantik jiwa penulis saya. Melihat cerita kedua sahabat ini, saya merasa tertantang untuk menulis cerbung juga. Namun karena di batch 10 saya harus fokus menyiapkan 2 cerita untuk Littel J WrC, maka saya endapkan dulu kobaran semangat menulis cerbung itu.

Ya, saya harus menuliskan 2 kisah karena saya mengikuti 2 kelas, di mana keduanya sama-sama mengikuti program Littel J.

 

A Literation Journey of WrC (Littel J WrC)

Program Little J WrC inilah yang memikat saya untuk melanjutkan WrC batch 10 dan batch-batch selanjutnya, hingga akhirnya bergabung menjadi bagian dari Tim WrC.

Saat itu rasanya luar biasa sekali harus menyiapkan 2 cerita. Saya dituntut berpikir cepat untuk mendapatkan ide tulisan yang sesuai dengan tema yang disepakati teman-teman sekelas. Setiap hari selama 10 hari terakhir, saya harus menuliskan satu bagian tulisan untuk masing-masing kelas.

Alhamdulillah saya bisa menuntaskan tulisan dan rasanya puas sekali saat itu, meskipun belum bagus, namun itulah persembahan terbaik dari hati saya.

Menantikan kelahiran 2 buku antologi pertama saya sungguh sangat mendebarkan. Tak sabar sekali menunggu tulisan receh saya mewujud dalam bentuk buku. Detik demi detik terasa berjalan lambat dan membuat resah. Hingga akhirnya buku pertama pun dapat saya dekap.

Persembahan Sahabat WrC IG 101 dengan judul, ‘Yang Terpilih’ untuk pertama kalinya saya peluk.

Tidak lama kemudian, persembahan Sahabat WrC FB 101 yang berjudul ‘Cinta Dalam Kata’ menyusul hadir.

Rasanya bahagia sekali dapat memeluk ‘anak jiwa’ saya. Hanya sebuah karya sederhana, hanya langkah kecil dalam perjalanan panjang menggapai cita-cita menjadi penulis. Tapi bukankah sepanjang apa pun perjalanan, selalu diawali dengan sebuah langkah kecil?

One step closer.

 

Titik Nol Hati

Setelah menyelesaikan 2 cerita untuk antologi Little J WrC, saya pun membuka-buka folder lama yang berisi beberapa ide cerita. Satu draft yang berjudul ‘Cinta Titik Nol’ mencuri perhatian. Saya baca tulisan yang baru beberapa paragraf itu. Belum jelas apa ceritanya. Saat itu saya hanya terpikat pada judulnya dan bertekad membuat cerita dengan setting lokasi di Anyer.

Dalam masa tunggu menuju WrC batch 11, saya pun mulai launching cerbung Cinta Titik Nol. Awalnya saya coba terbitkan prolog di FB grup Komunitas Bisa Menulis. Kemudian salah satu anggota berkomentar bahwa judul itu sudah digunakan penulis lain. Saya coba mengecek dan ternyata betul. Cerita itu juga masih on going. Maka saya memutuskan mengganti judulnya menjadi ‘Titik Nol Hati’.

Di WrC batch 11, saya memutuskan untuk focus menulis cerbung dan mulai menggunakan akun Facebook baru yang memakai nama pena. Tanpa persiapan outline dan hal-hal lainnya, setiap 2-3 hari sekali saya menuliskan bagian dari kisah Rakha dan Kana. Sekitar 1.000-2.000an kata saya tuliskan dalam setiap kepingnya. Alhamdulillah semua berjalan lancar tanpa kendala berarti dan saya bisa menamatkannya tepat di hari ke 29 pada batch 11 tersebut.

Kadang masih tidak percaya dan rasanya merinding bisa menulis begitu lancar dan menamatkan cerita dalam kurun waktu sebulanan lebih saja. Saya ingat betul, biasanya saya menulis malam hari hingga tengah malam. Terkadang seperti jemari ini ada yang menggerakkan sehingga cerita begitu mengalir saya tuliskan. Apa pun itu, akhirnya menjadi sebuah pengalaman berharga yang tak tergantikan.

Ditambah lagi respon teman-teman yang membaca sangat positif. Dukungan dan apresiasi mereka menambah kekuatan saya untuk melanjutkan cerita setiap kepingnya. Semua itu sangat berarti bagi saya. Meski hingga kini ‘Titik Nol Hati’ belum juga mewujud jadi buku, tapi saya bahagia dan bangga bisa menuliskannya.

 

Pada akhirnya saya bersyukur bisa bertemu dengan para pemantik saya. WrC dan kedua sahabat ini. Sebab karenanya, ‘Aku’ kembali terbangun. Mungkin mereka tak pernah menyadarinya, tapi saya sangat berterima kasih pada semuanya.

Saya belum menjadi apa-apa. Impian menerbitkan buku-buku bermanfaat masih belum tercapai. Menulis pun belum produktif, masih terdistraksi berbagai kegiatan lainnya. Tapi saya bahagia karena kembali terjaga. Meski masih jarang, pena ini terus menari dan semoga takkan pernah mengering.

REFLEKSI
Antologi cerbung Kisahku Menulis WrC
13

Ratu Kemala

Navigasi Artikel

Artikel Sebelumnya

PROFILE

Ratu Kemala
Ratu Kemala

Halo, aku Ratu Kemala. Tim WrC, Womanpreneur, Penulis. Senang membaca, dan nonton drakor. Blog ini berisi review, refleksi diri, pandangan, dsb.
Email: ratu.kemala.dewi@gmail.com

Pos-pos Terbaru

  • Pemantik dalam Kehidupan Saya
  • 13 Pelajaran Bisnis dari Drama Korea Startup
  • Reply 1988. Cinta, Keluarga, Persahabatan. Benarkah Salah Satu Drakor Terbaik Sepanjang Masa?
  • Di Balik Tirai Aroma Karsa: Menghidu Dapur Kreatif Dee Lestari
  • Berbagi Kebaikan di Bulan Ramadan Bersama WrC

Arsip

  • Desember 2020
  • November 2020
  • Mei 2020
  • April 2020
  • Februari 2019
  • Juli 2018
  • Mei 2018
  • September 2017
  • Juni 2017
  • Mei 2017
  • April 2017

MEMBER OF

Januari 2021
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Des    

13 Komentars

  1. Mei Daema
    Desember 22, 2020 pukul 8:29 am
    Balas

    setiap kemajuan dan keberhasilan kita memang selalu ada pemantiknya ya mba, beruntung mba sudah menemukan inspirator atau pemantik dalam mendorong semangat mba menulis, sehingga mendorong menghasilkan sebuah karya. Meskipun mba bilang produktif seenggaknya sudah menemukan semangatnya. semoga saya segera menemukan pemantik saya dalam menulis dna menghasilkan karya

  2. Arif R (ardintoro.com)
    Desember 22, 2020 pukul 12:21 pm
    Balas

    Wah bisa menjadi inspirasi ini Mbak

    Memang segala sesuatu itu harus ada pemantik agar bisa semangat, karena kemalasan kadang datang tanpa kita undang, terus semangat Mbak.

  3. Indri Ariadna
    Desember 22, 2020 pukul 1:18 pm
    Balas

    Menulis memang bikin ketagihan ya… saya pertamanya juga suka menulis di blog saja, kemudian mencoba menulis buku antologi (1 terbit, 2 on process) dan semakin ingin bisa menulis lebih baik lagi.

  4. Meilawati Nurhani
    Desember 22, 2020 pukul 11:15 pm
    Balas

    Mungkin sekitar 2 tahun yang lalu saya juga pernah ikut WRC mbak, lumayan bisa mengasah kemampuan menulis dan yanh terpenting konsistensi untuk menulis, soalnya lumayan ya, kalo nggak dipaksa untuk nulis rasanya kok susah ya untuk memulai hehe

  5. Mega
    Desember 23, 2020 pukul 12:52 pm
    Balas

    Bagus ya mbak, punya sahabat yang jadi pemantik impian kita. Apalagi impian adalah hobi yang bisa terbayar. Berasa di motivasiin yah, jadi gak mau kalah bersaing untuk menghasilkam karya juga. Sukses dan semangat terus ya mbak

  6. Yustrini
    Desember 23, 2020 pukul 1:16 pm
    Balas

    Saya juga suka menulis cerpen tapi belum pernah bergabung dengan kelas. Mungkin butuh pemantik juga biar semangat menghasilkan karya dan melahirkan buku antologi. Wah, jadi pengen membangkitkan ide-ide buat nulis cerpen lagj nih!

  7. Rahma Ayu
    Desember 23, 2020 pukul 11:53 pm
    Balas

    Setuju mbak, kalo menulis memang harus ada pemantiknya, apa lagi buat aku yang dikit-dikit rebahan, mager-mageran hihi
    Gaktau kenapa aku kalau menyelesaikan tulisan deadline sama yang asal nulis itu beda banget, kalo deadline bener-bener kaya tangannya digerakin sendiri buat nulis dan gak ada rasa males sama sekali.

  8. Andina
    Desember 24, 2020 pukul 1:15 am
    Balas

    Memang betul kita butuh pemantik agar semangat tersulut. Seru ya mba menyaksikan hasil tulisan terciptakan. Jadi pengen merasakan sensasinya juga

  9. Lailianayla
    Desember 25, 2020 pukul 8:48 am
    Balas

    Setuju banget Mbak
    BW dari estrilock ini juga salah satu pemantik saya tuk terus menulis di blog meski hanya seminggu 1 tulisan.

    Meski rasa tak percaya diri selalu melanda.
    Melihat yg lain keren2 sekali tulisannya
    Huhuuhu

  10. Fenni Bungsu
    Desember 26, 2020 pukul 12:10 pm
    Balas

    Bersama dengan yang satu visi misi jadi termotivasi juga untuk semakin berkembang. Semangat selalu kak

  11. Lelly
    Desember 27, 2020 pukul 9:18 pm
    Balas

    Aku juga akhirnya nemu orang yg jadi pematik untuk terus berkarya mbak. Itu memang jauh lebih menyenangkan. 😊

  12. www.derisafriani.com
    Desember 28, 2020 pukul 1:21 am
    Balas

    Aku udah lama gak nulis buat buku lagi. Entahlah, sekarang malah lari ke instagram dan blog. Bahkan keduanyapun belum optimal. Masih butuh pemantik juga nih sepertinya. Semoga 2021 bisa dapat pemantik yang pas. Yang bisa bikin berkobar api semangat nulis didiriku ini. Aamiin….

  13. Diah Alsa
    Desember 28, 2020 pukul 6:38 am
    Balas

    Kalau punya teman-teman dekat gini yang sefrekuensi memang bisa jadi pemantik semangat juga ya Mbak, bisa berjuang bersama, dan bangkit lagi tuk selesaikan yang telah dimulai.
    Semangat ya Mbak 🙂

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

© Hak Cipta2021 Ratu Kemala Dewi. Hak Cipta Dilindungi.The Ultralight | Dikembangkan Oleh Rara Theme.Ditenagai oleh WordPress.